Manusia memang sering bersikap aneh sama Tuhannya…
Jikalau tidak diberi, ia pun beranggapan Allah nggak mengabulkan permintaannya.
Jikalau diberi kekurangan, ia menganggap Allah nggak adil.
Jikalau diberi sesuatu yang lebih, ia pun malah jatuh pada kesombongan.
Jikalau diberi berbeda dari apa yang diharapkannya, ia menganggap Allah nggak tahu apa yang diharapkannya.
Kalau boleh menghitung, mari kita coba menghitung-hitung nikmat Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari.
Pergilah engkau ke rumah sakit, maka engkau akan merasakan nikmatnya sehat.
Jikalau engkau berutang puluhan juta, bahkan ratusan juta, pergilah ke ruang VIP rumah sakit. Katakan kepada si sakit, Apakah engkau mau menukar penyakitmu itu dengan utangku? Dijamin si sakit akan bersedia menukarnya dengan utangmu.
Pergilah engkau ke rumah sakit jiwa maka engkau akan merasakan nikmatnya akal sehat.
Pergilah engkau ke penjara maka engkau akan merasakan nikmatnya kebebasan.
Pergilah engkau ke pemukiman kumuh maka engkau akan merasakan nikmatnya rumah sangat sederhana.
Pergilah engkau berjalan kaki maka engkau akan merasakan nikmatnya berkendaraan.
Pergilah engkau ke pusat rehabilitasi narkoba maka engkau akan merasakan nikmatnya terselamatkan dari racun dunia.
Pergilah engkau ke pinggiran jalan dimana tangan-tangan di bawah menengadah maka engkau akan merasakan nikmatnya memiliki harta.
Pergilah engkau ke panti-panti orang cacat maka engkau akan merasakan nikmatnya memiliki anggota tubuh yang lengkap dan sehat.
… nikmat mana lagi yang kamu dustakan?
Manusia memang bisa terjebak, lupa ketika nikmat ataupun doa-doanya sudah terkabul. Manusia merasa bahwa keberhasilan pengharapannya semata berkat kerja keras dan kerja cerdas dirinya.
Alhasil, manusia mendustakan kebenaran dan mengingkari nikmat Allah SWT. Nggak heran segala malapetaka, bencana dan musibah yang menimpa manusia tak lain karena ia telah kufur nikmat….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar